letakkan kode lisensi di sini

Iklan

Rifqi Fauzan Sholeh
Saturday 2 January 2021, January 02, 2021 WIB
Last Updated 2023-05-01T03:01:04Z
BeritaEntertainmentEventFashionHotelKulinerLifestyleVideo

Sejarah Indonesia Mulai dari Prakolonial, Pengaruh Agama Hindu Budha, Masuknya Islam, dan Pengaruh Masuknya Bangsa Eropa

Advertisement

Sejarah Indonesia Mulai dari Prakolonial, Pengaruh Agama Hindu Budha, Masuknya Islam, dan Pengaruh Masuknya Bangsa Eropa

Riwayat Prakolonial sejarah

Pada periode saat sebelum kemampuan Eropa Barat sanggup kuasai dataran dan perairan Asia Tenggara, tidak ada sejarah. Nusantara yang saat ini kita mengenal selaku sejarah terbagi dalam pulau-pulau dan tanah yang terkuasai oleh bermacam kerajaan dan kekaisaran, terkadang hidup berdampingan dengan nyaman sesaat di lain kali mereka ada pada keadaan berperang keduanya. Nusantara yang luas ini kurang mempunyai rasa persatuan sosial dan politik sama seperti yang dipunyai sejarah saat ini.

Meski begitu, jaringan perdagangan terintegrasi sudah berkembang di daerah ini terhitung semenjak awalnya permulaan riwayat Asia. Tersambung ke jaringan perdagangan itu adalah asset yang perlu untuk satu kerajaan dan seorang raja untuk memperoleh kekayaan dan komoditas, yang dibutuhkan menjadi kemampuan besar dan punya pengaruh. Tetapi, makin global jaringan perdagangan itu, makin pengaruh banyak asing sukses masuk di Nusantara; satu perubahan yang pada akhirnya ke arah pada keadaan penjajahan.

Baca Juga :


Kehadiran sumber tercatat ialah yang pisahkan periode riwayat dari periode prasejarah. Sebab minimal beberapa sumber tercatat yang dari periode saat sebelum tahun 500 Masehi, riwayat sejarah diawali cukup telat. Diperhitungkan sejumlah besar tulisan dibikin pada bahan yang gampang hancur dan - ditambah lagi cuaca tropis yang lembab dan standard tehnik pelestarian yang bermutu rendah pada waktu itu - ini bermakna jika beberapa sejarawan harus tergantung pada inskripsi/prasasti di batu dan studi sisa-sisa candi kuno untuk mencari riwayat paling lama Nusantara. Ke-2 pendekatan ini memberi info tentang susunan politik zaman lama itu sebab baik sastra atau pembangunan candi ialah contoh budaya tinggi yang ditujukan untuk elit penguasa.

Riwayat sejarah mempunyai salah satunya ciri-ciri benar-benar ciri khas, yakni, biasanya, riwayat ini berpusat dibagian barat Nusantara (terutamanya di pulau Sumatera dan Jawa). Soalnya, sejumlah besar sisi timur Nusantara mempunyai sedikit aktivitas ekonomi sejauh riwayat sebab beradanya jauh dari jalur-jalur perdagangan khusus (seperti Selat Malaka). Karena itu kerajaan-kerajaan dan suku-suku dibagian timur tidak menjadi kemampuan politik yang berpengaruh; satu keadaan yang sesungguhnya bersambung sampai ini hari!

Dampak Agama Hindu dan Budha di sejarah

Prasasti paling tua yang diketemukan di Nusantara dikenali selaku Prasasti Kutai dan berawal dari Kalimantan Timur, yang tertanggal seputar tahun 375 Masehi saat kerajaan Kutai Martadipura berkuasa. Prasasti ini gunakan bahasa Sansekerta (bahasa liturgis agama Hindu) memakai tulisan Palawa, tulisan yang ditingkatkan di India Selatan seputar era ke-3 Masehi. Dalam prasasti ini tiga raja Kutai Martadipura disebut, dan tulisannya memvisualisasikan satu ritus yang disebut karakter Hindu kuno.

Seputar satu era selanjutnya, batu prasasti pertama (yang dijumpai) di Jawa dibuat. Prasasti ini, yang dengan bahasa Sansekerta, mengatakan raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara (yang berkuasa pada era ke-4 sampai ke-7 ) di Jawa Barat dan menyambungkan si raja ini dengan dewa Hindu (Wisnu). Keseluruhannya, prasasti ini memperlihatkan bukti dampak besar dari agama Hindu India pada kelompok elit penguasa kerajaan pribumi di Nusantara.

Meski begitu, jalinan perdagangan di antara India dan Nusantara dijumpai sudah dibentukkan beratus-ratus tahun saat sebelum prasasti Kutai itu. Selat Malaka, lajur laut yang menyambungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik, sudah jadi aliran pengangkutan khusus untuk perdagangan lintas laut di antara Cina, India, dan Timur tengah semenjak daya ingat manusia. Sejumlah besar garis pantai Sumatera berada di samping lajur Selat Malaka itu, yang mengakibatkan pedagang di antara India dan China stop pantai Sumatera, atau di seberang (saat ini: Malaysia) untuk menanti angin musim yang pas yang bawa mereka ke maksudnya.

Tetapi diibaratkan jika agama Hindu dan Buddha tidak ditebarkan ke Nusantara oleh beberapa pedagang India. Kemungkinan, beberapa raja dan kaisar di Nusantara ketarik dengan kehormatan Brahmana (kelas imam agama Hindu yang disebut rangking paling tinggi dari 4 kelas sosial India). Beberapa Brahmana ini, berdasar sangkaan beberapa sejarawan, mengenalkan agama mereka ke Nusantara. Nah, agama baru ini memungkinkannya raja-raja pribumi untuk mengidentifikasikan diri mereka dengan dewa Hindu atau Bodhisattva (yakni makhluk mistik yang tercerahkan dalam agama Budha), hingga gantikan penyembahan nenek moyang yang diyakini awalnya oleh kerajaan pribumi. Oleh karenanya, melalui doktrin agama baru ini raja-raja lokal memperoleh kehormatan yang semakin besar dari warga lokal. Kerajaan di Nusantara yang mengikuti ide dari India itu diketemukan di pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Bali.

Sebab status vital garis pantai Sumatera dan Malaysia yang dekat sama Selat Malaka, tidak heran jika kita mendapati kerajaan pertama yang punya pengaruh besar dalam riwayat sejarah di wilayah pesisir Sumatra, dan menghampar di daerah geografis yang luas di seputar selat Malaka itu. Kerajaan ini namanya Sriwijaya dan kuasai lajur perdagangan yang menyambungkan Samudra Hindia, Laut Cina Selatan dan Kepulauan Rempah Maluku di antara era ke-13 dan era ke-17. Sriwijaya diingat selaku Pusat di Asia Tenggara untuk studi agama Budha dengan penekanan khusus pada studi bahasa Sansekerta. Dari beberapa sumber Cina dijumpai jika beberapa biksu Budha Cina tinggal di Sriwijaya terkadang lebih dari satu dasawarsa untuk studi mereka.

Saat ini ceritanya berpindah ke Java. Sisa-sisa candi Hindu dan Buddha yang diketemukan di Jawa tengah dan berawal dari di antara era kedelapan dan kesepuluh memperlihatkan pemerintah dua dinasti. Dinasti ini ialah Dinasti Sailendra (pengikut Agama Budha Mahayana dan kemungkinan dinasti yang membuat Candi Borobudur yang beradanya di dekat Yogyakarta seputar tahun 800 Masehi) dan Dinasti Sanjaya (pengikut agama Hindu yang membuat kompleks candi Prambanan seputar tahun 850 Masehi tidak jauh dari candi Borobudur dan selaku reaksi pada pembangunan candi Borobudur). Kehancuran perlahan Sriwijaya dan timbulnya kerajaan baru dan besar di Jawa itu bermakna jika kekuasaan politik secara setahap beralih dari Sumatera ke Jawa.

Tetapi pada era kesepuluh kehidupan warga di Jawa tengah mendadak jadi tidak terekam sebab tidak ada sumber. Diperhitungkan letusan gunung berapi besar geser kekuasaan politik dari Jawa tengah ke Jawa Timur tempat bertumbuhnya beberapa kerajaan baru.

Tiga salah satunya yang pantas memperoleh perhatian spesial sebab peninggalan semasing, yaitu Kediri (seputar 1042-1222) untuk peninggalan prasasti dan peninggalan sastranya, dan substitusinya Singasari (di antara 1222 dan 1292) sebab mengenalkan set baru dalam riwayat sejarah, yakni sinkretisme (penggabungan saluran) agama Hindu dan Budha. Set baru ini capai kemasyhurannya di kerajaan Majapahit di Jawa Timur (dari tahun 1293 sampai seputar 1500), yang kemungkinan adalah kerajaan paling besar dalam riwayat Nusantara. Majapahit mempunyai daerah geografis yang seperti tepian sejarah sekarang ini (meskipun masih dipermasalahkan antara kelompok sarjana berkenaan berapa besar kekuasaan Majapahit betul-betul dicicipi di luar pulau Jawa dan Bali). Majapahit dengan perubahan seni dan sastranya yang mengagumkan masih adalah ide penting dan jadi pemicu kebanggaan nasional untuk warga sejarah sekarang ini sebab dipandang seperti landasan negara kekinian sejarah. Gerakan golongan nasionalis di era ke-20 memakai ide ini untuk menjustifikasi kemerdekaan dan keaslian batasan-batas daerah sejarah. Motto nasional sejarah, yakni Bhinneka Tunggal Ika, yang bermakna ‘Persatuan dalam Keanekaragaman', berawal dari satu puisi Jawa Kuno yang dicatat pada periode pemerintah Majapahit.

Kehadiran Islam di sejarah

Walau adalah kerajaan Hindu-Buddha, Islam punya pengaruh untuk kelompok elit penguasa Majapahit. Peluang Islam telah berada di Asia Tenggara maritim dari awalnya zaman Islam saat pedagang Muslim tiba ke Nusantara, membuat pemukiman di wilayah pesisir, menikah dengan wanita di tempat dan disegani sebab kekayaan mereka yang didapat lewat perdagangan. Beberapa penguasa lokal peluang ketarik dengan agama baru ini dan dia anggap memberikan keuntungan untuk berpedoman satu kepercayaan yang serupa seperti sejumlah besar pedagang. Pendirian kerajaan Islam adalah cara rasional selanjutnya. Diperhitungkan rakyat dari raja-raja lokal ini mengikutnya dengan masuk Islam.

Prasasti pada batu nisan memperlihatkan jika di awal era ke-13 ada satu kerajaan Islam dibagian utara Sumatera yang disebutkan Pasai atau Samudera. Kerajaan ini dipandang seperti kerajaan Islam pertama di Nusantara. Dari Sumatra Utara, dampak Islam selanjutnya menebar menuju timur lewat perdagangan. Di pesisir pantai utara Jawa bermacam kota Islam tampil sepanjang era ke-14. Meski begitu, tidak kemungkinan jika beberapa bangsawan Jawa dari Majapahit di Jawa Timur beragama Islam sebab perdagangan. Mereka kemungkinan berasa posisinya semakin lebih tinggi dibandingkan dengan kelas sosial pedagang. Kemungkinan bangsawan Jawa ini dikuasai oleh beberapa ulama Sufi dan beberapa orang suci atau wali yang akui berkekuatan supranatural (karomah).

Di akhir era ke-14 dan awalnya era ke-15 dampak Majapahit di Nusantara mulai turun sebab perselisihan suksesi dan bertambahnya kekuasaan kerajaan Islam. Satu negara perdagangan baru, Malaka, adalah salah satunya kemampuan baru ini. Malaka itu bangun di wilayah pesisir - sekarang ini Malaysia - dan berada dibagian tersempit dari Selat Malaka itu. Negara ini jadi dermaga yang paling berhasil dengan sarana memberikan keuntungan dalam jaringan perdagangan luas yang menghampar dari Cina dan Maluku di ujung timur ke Afrika dan Mediterania di ujung barat. Awalannya Malaka ialah negara Hindu-Buddha, tetapi berbeda secara cepat jadi kesultanan Muslim (kemungkinan sebab fakta berkaitan perdagangan).

Jalinan bersejarah di antara perdagangan dan Islam nampak dalam perubahan di pulau Ternate - sekarang ini provinsi Maluku di teritori timur sejarah. Ternate (serupa dengan Tidore) jadi wilayah kaya sebab produksi cengkeh. Dari pulau Jawa - dan lewat perdagangan - Islam menebar ke wilayah ini, menyebabkan berdirinya kesultanan diakhir era ke-15. Kesultanan ini sukses kuasai sejumlah besar sejarah Timur tetapi tempatnya dirusak oleh Belanda pada era ke-17.

Kehadiran Bangsa Eropa di sejarah

Narasi mengenai kekayaan Malaka sudah tiba di Eropa dan memikat bangsa Portugis, yang mempunyai tehnologi navigasi yang maju, untuk melaut ke sisi dunia ini supaya bisa mempunyai dampak semakin besar pada jaringan perdagangan rempah-rempah dunia (dan yang membuat keuntungan mereka semakin tinggi). Pada 1511 Malaka dikalahkan oleh armada Portugis di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque. Meski begitu, penguasaan ini mempunyai resiko yang luas untuk lajur perdagangan. Malaka, yang dahulu adalah dermaga kaya, secara cepat remuk waktu di bawah kekuasaan Portugis (Portugis yang tak pernah sukses memonopoli perdagangan Asia). Sesudah penguasaan Malaka, beberapa pedagang selekasnya mulai menghindar Malaka dan pergi bawa usaha mereka ke sejumlah dermaga lain. Johor (Malaysia), Aceh (Sumatra) dan Banten (Jawa) ialah negara yang mulai memimpin perdagangan rempah sebab perubahan jalur-jalur perdagangan sesudah Malaka jatuh ke dalam tangan beberapa Portugis.

Belanda berminat untuk membuat cengkraman yang kuat pada jaringan perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Ekspedisi pertama mereka capai Banten di tahun 1596 tetapi dibarengi dengan perseteruan di antara orang Belanda dan warga pribumi. Tetapi sesudah datang kembali lagi di Belanda, ekspedisi ini tetap memperlihatkan keuntungan besar yang menunjukkan jika ekspedisi ke teritori Asia Tenggara sesungguhnya hasilkan uang banyak juga.

Tetapi karena sangat jumlahnya ekspedisi yang diselenggarakan oleh beberapa perusahaan Belanda (ke Nusantara), memunculkan imbas negatif pada keuntungan mereka. Kompetisi merebutkan rempah-rempah mengangkat peningkatan harga di Nusantara sesaat kenaikan suplai rempah-rempah di Eropa mengakibatkan pengurangan harga di Eropa. Ini membuat pemerintahan Belanda memilih untuk menyatukan perusahaan kompetitornya jadi satu tubuh usaha yang disebutkan Serikat Dagang Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische Compagnie, dipersingkat VOC). VOC ini terima kekuasaan berdaulat yang besar untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Asia dan singkirkan kompetitor Eropa yang lain. VOC memilih untuk mempunyai kantor pusatnya tidak di Maluku (pusatnya pemroduksi rempah-rempah) tapi lebih vital dekat Selat Malaka dan Selat Sunda. Opsinya jatuh pada wilayah yang saat ini dikenali selaku Jakarta. Di tahun 1619 Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen membangun Batavia di atas puing kota Jayakarta yang dihancurkan sebab sikapnya yang memusuhi Belanda. Batavia tawarkan potensial dagang yang baik, hingga mengakibatkan munculnya imigrasi beberapa orang (khususnya orang Cina) ke kota yang berkembang dengan cepat ini.

Ke arah Pemerintah Penjajahan di sejarah

Saat itu, beberapa negara Islam lagi berkembang di Nusantara. Di Aceh (Sumatra) Sultan Iskandar Muda membangun kekuasaan besar pada awal era ke-17, mengatur cadangan lada dan timah. Tetapi, dia tak pernah sukses membuat hegemoni di seputar Selat Malaka sebab Johor dan beberapa Portugis adalah kompetitor yang kuat. Sesudah pemerintah Iskandar Muda, Aceh alami masa panjang pemecahan intern yang menghentikannya jadi kemampuan utama di luar ujung utara Sumatera.

Di Jawa tengah dua kekuasaan Islam baru yang kuat tampil di paruh ke-2 era ke-16. Kekuasaan ini ialah Pajang dan Mataram yang - sesudah lewat perjuangan panjang - sukses hentikan supremasi politik wilayah pesisir di utara Jawa. Mataram jadi dinasti yang paling kuat dan paling lama dari dinasti Jawa kekinian, dengan periode pemerintah Sultan Agung selaku kemasyhuran politik. Sultan Agung berkuasa di tahun 1613-1646 dan sukses mengalahkan sebagian besar dataran Jawa, terkecuali kerajaan Banten di Jawa Barat dan kota Batavia yang terkuasai VOC. Kepenguasaan Belanda pada Batavia ialah seperti onak/duri di mata Sultan Agung yang pengin kuasai semua dataran pulau. Dalam dua peluang dia kirim pasukannya untuk mengalahkan kota Belanda ini tetapi tidak berhasil 2x.

VOC secara cepat menebarkan kekuasaannya di Nusantara dan memperoleh kendalian atas produksi cengkeh dan pala di Kepulauan Banda (Maluku) dengan memakai beberapa langkah ekstrim seperti pembantaian massal. VOC lagi memperlebar jaringan pos perdagangannya di semua Nusantara. Kota dan dermaga yang mainkan peranan sentra dalam jaringan perdagangan Belanda ini ialah Surabaya (Jawa Timur), Malaka (Malaysia Barat) dan Jawa Barat.